Makalah Transfusi Darah

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“Transfusi Darah”

Disusun oleh: Kelompok 4

  1. Fiditya Juitasari
  2. Irma Susilawati
  3. Rizka Rahfiyana
  4. Umi Setiana
  5. Wulan Maulina

Tingkat II A

 

Dosen Pembimbing :

 

Prodi Keperawatan Kimia 17

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

Tahun Ajaran 2013/2014

 

     BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Reaksi transfuse adalah reaksi yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak diinginkan berkaitan dengan tranfusi itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas untuk menentukan adanya antibody terhadap antigen sel darah merah, efek samping transfusi umumnya disebabkan oleh leokosit , trombosit dan protein plasma.Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas, ringan samapi berat.

  1. Tujuan
    1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah I
    2. Untuk melengkapi nilai mata kuliah keperawatan medical bedah I
    3.  Untuk menambah pengetahuan tentang transfuse
  1. Ruang Lingkup

Makalah ini memabahas tentang tinjauan teoritis tentang transfusi.Selain tinjauan teoritis, makalah ini juga berisi tentang tinjauan asuhan keperawatan  yang mencakup pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

  1. Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

  1. Studi pustaka

Studi pustaka yaitu penulis mempelajari berbagai sumber baik dari buku,internet,majalah,maupun jurnal.

  1. Sistematika Penulisan

Sistematika pada makalah ini mencakup:

Bab I yang membahas tentang pendahuluan terdiri atas: latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II yang membahas tentang tinjauan teoritis terdiri dari: pengertian transfusi, tujuan transfusi,manfaat transfusi,reaksi transfusi,dan jenis transfusi.

Bab III yang membahas tentang tinjauan kasus, terdiri atas: pengkajian data, analisa data, diagnosa  keperawatan sesuai prioritas, perencanaan asuhan keperawatan, catatan keperawatan, dan catatan perkembangan.

Bab IV yang membahas tentang penutup, terdiri dari: simpulan dan saran.

 

                                       BAB II

                   TINJAUAN TEORITIS

  1. A.    Anatomi dan fisiologi darah

 

Fungsi darah terdiri atas:

 

  1. 1.      Sebagai alat pengangkut :
  2. Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh bagian tubuh.
  3.  Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk di keluarkan melalui paru-paru.
  4.  Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan.
  5. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
    1. 2.      Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantara leukosit dan antibodi/ zat-zat anti racun.
    2. 3.      Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
    3. 4.      Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang dilakukan oleh plasma darah.
    4. 5.      Menutup luka yang dilakukan oleh keping-keping darah

 

Komposisi darah :

1. Plasma 55 % dari volume darah

2. Sel darah 45 % dari volume darah

Komposisi plasma :

1. Air ;(90-92 %) sebagai pelarut, absorbsi dan pelepasan panas

2. Protein 

a. Albumin; dihasilkan di hati. Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg)

b. Globulin ; berfungsi untuk respon imun

c. Fibrinogen ; berfungsi untuk pembekuan darah

 

Komposisi darah

  1. Leukosit ;
  1. Granulosit (neutrofil, eosinofil, basofil)

Granulosit : berasal dari sel induk di sumsum tulang merah dari mieloblas menjadi mielosit sebelum berdiferensiasi menjadi salah satunya.

Neutrofil : fungsi utamanya melindungi terhadap benda asing yang masuk tubuh khususnya kuman dan melenyapkan bahan limbah. Sel-sel initertarik ketempat infeksi ke tempat infeksi oleh substansi kimia yang dilepaskan oleh sel-sel cedera

Eosinofil : banyak diantaranya bermigrasi keluar pembuluh darah menuju daerah tubuh yang terpapar misal, jar ikat dibawah kulit, membrane mukosa saluran nafas dan cerna, pelapis vagina dan rahim. Fungsi eosinofil melindungi tubuh terhadap bahan asing (parasit).

Basofil : sel ini menggetahkan histamin, yang menimbulkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini mempermudah fagosit dan

substansi protektif lain spt zat anti, tiba dicelah jaringan bersama sel mast mengumpul didaerah radang yang menyembuh.

  1. Agranulosit (monosit, limfosit)

Agranulosit : disebut demikian karena di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula

Monosit : sel mononuklir besar asal sumsum tulang merah. Beredar didalam darah, berfungsi terutama di jaringan sesudah berkembangmenjadi makrofag. Keduanya menghasilkan interleukin 1 yang bekerja pada hipotalamus, menaikkan suhu badan pada infeksi dengan kuman, merangsang pembentukan globulin oleh hati dan meningkatkan produksi limfosit  T aktif.

Limfosit : ada dua jenis limposit

1)      limposit-T, diaktifkan o/ timosin dalam kel timus

2)      limposit-B, diaktifkan dalam jaringan limpoid.

Sebagian beredar dalam darah dan lainnya menetap di jaringan limpoid, bilalimposit aktif bertemu anti gen maka masing2 dapat berkembang menjadi selefektor yang menghadapi anti gen itu dan sel memori yang menetap dalamjaringan limpoid (apabila serangan kedua, sudah dikenali).

2. Eritrosit : sel ini berbentuk cakram bikonkaf, tanpa inti, berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberinya warna merah

3. Trombosit : merupakan keping darah, asalnya dari sel megakariosit dalam sumsum tulang merah. Jumlah normalnya berkisar antara 200.000 – 350.000 per mm3 darah.

4. Hemoglobin : protein kompleks terdiri atas protein, globin dan pigmen hem (mengandung besi). Jadi besi penting untuk Hb. Kebutuhan besi pria dan wanita berbeda karena pria hanya kehilangan 1 mg besi/hari sedangkan wanita kehilangan sampai 20 mg besi selama menstruasi normal.

 

  1. B.     Pengertian Transfusi darah

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darahatau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.( A. Harryanto Reksodiputro,1994). Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien).

  1. Tujuan transfuse darah :

a)      Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.

b)      Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat.

c)      Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah).

d)     Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.

e)      Meningkatkan oksigenasi jaringan.

f)       Memperbaiki fungsi Hemostatis.

g)      Tindakan terapi kasus tertentu.

  1. Manfaat transfuse darah

a)      Dapat mengetahui golongan darah

b)      Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalam tubuh

c)      Dapat menyelamatkan jiwa pasien

  1. Jenis Transfusi darah

a)      Transfusi PRC

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:

1)      Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

2)      Mengurangi kemungkinan penularan penyakit.

3)       Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis

4)       Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang

5)      Komponen darah lainnya dapatdiberikan pada pasien lain.

b)      Transfusi suspensi trombosit

Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar trombosit darah. Dosis suspensi trombosit yang diperlukan dapat dihitung kira-kira sebagai berikut : 50 ml suspensi trombosit menaikkan kadar trombosit 7500-10.000/mm pada resipien yang beratnya 50 kg.Suspensi trombosit diberikan pada penderita trombositopeni bila :1) didapat perdarahan 2)untuk mencegah perdarahan pada keadaan dimana ada erosi yang dapat berdarah bila kadar < 35.000/mm. 3) untuk mencegah perdarahan spontan bila kadar trombosit < 15.000/mm

c)      Transfusi dengan suspensi plasma beku (Fresh Frozen Plasma)

Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar faktor pembekuan di samping berbagai protein yang terdapat didalamnya; karena itu selain untuk mengganti plasma yang hilang dengan perdarahan dapat dipakai sebagai pengobatan simptomatis kekurangan faktor pembekuan darah. Fresh Frozen Plasma (PIT) tidak digunakan untuk mengobati kebutuhan faktor VIII dan faktor IX (Hemofilia); untuk ini digunakan plasma Cryoprecipitate.Pada transfusi dengan FFP biasanya diberikan 4­8 kantong (175­225 ml) tiap 6­8 jam bergantung kebutuhan.

d)     Transfusi dengan darah penuh (Whole Blood)

Transfusi dengan darah penuh diperlukan untuk mengembalikan dan mempertahankan volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan.

  1. Reaksi transfuse

Reaksi transfuse adalah reaksi yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak diinginkan berkaitan dengan tranfusi itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas untuk menentukan adanya antibody terhadap antigen sel darah merah, efek samping transfusi umumnya disebabkan oleh leokosit , trombosit dan protein plasma.

Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas, ringan samapi berat.hal ini disebabkan oleh hemolisis intravaskuler atau ekstravaskuler yang disebabkan oleh reaksi antibody terhadap anti gen :

1)      rasa panas atau rasa terbakar sepanjang vena

2)      warna kemerahan pada wajah

3)      nyeri dada

4)      nyeri pinggang bawah

5)      mual dan muntah

6)      demam dan sakit kepala

7)      mengigil

8)      gejala syok hipotensi,takikardia,gelisah,dispnea

9)      ruam kulit,urtikaria,edma wajah atau lidah

10)  asma ( pada keadaan alergi )

1. Ukuran 16
Guna : Dewasa, Bedah Mayor, Trauma, Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar

2. Ukuran 18
Guna : Anak dan dewasa, Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
3. Ukuran 20
Guna : Anak dan dewasa, Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
4. Ukuran 22
Guna : Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut), Cocok untuk sebagian besar cairan infus
Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit yang keras
5.Ukuran 24, 26
Guna : Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut), Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi melalui kulit keras

  •  
  1. C.    Anatomi dan Fisiologi Sel Darah Merah (SDM)
  1. Sel Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu berat, transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
  2. Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
  3. Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
    Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
  4. LEUKOSITGRANULOSIT KONSENTRAT : Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik, kualitas Leukosit menurun.
  5. TROMBOSIT : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
  6. PLASMA danPRODUKSI PLASMA : Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian cairan yang hilang.

Contoh : Plasma Segar Beku untuk prnderita Hemofili.Krio Presipitat untuk penderita Hemofili dan Von Willebrand.

b)   EFEK TRANFUSI
1. Alergi
      a. Penyebab:
             – Alergen di dalam darah yang didonorkan
             – Darah hipersensitif terhadap obat tertentu
b. Gejala:
Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria, wheezing), demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps sirkulasi.
     c. Intervensi:
             –  Lambatkan atau hentikan tranfusi
             –  Berikkan normal saline
             –  Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
             –  Berikan oksigenasi jika diperlukan

             –  Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan        kortikosteroid
–  Apabila diresepkan, sebelum pemberian tranfusi berikan diphenhidramin

2. Anafilaksis
a. Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk antibodi IgA
b. Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi, kram abdomen, terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter darah atau plasma.
c. Intervensi:
             – Hentikan tranfusi

             – Lanjutkan pemberian infus normal saline
             – Beritahu dokter dan bank darah
             – Ukur tanda vital tiap 15 menit
             – Berikan ephineprine jika diprogramkan
–  Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan
d. Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan plasma dari SDM tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita defesiensi IgA.
3. Sepsis
a. Penyebab:
Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau endotoksin.
     b. Gejala:
Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok
c. Intervensi:
               – Hentikan tranfusi
               – Ambil kultur darah pasien

               – Pantau tanda vital setiap 15 menit
               – Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program
d. Pencegahan:
Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian
4. Urtikaria
a. Penyebab:
Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma donor
b. Gejala:
Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa demam
c. Intervensi:
              – Hentikan tranfusi

              – Ukur vital sign tiap 15 menit
              – Berikan antihistamin sesuai program
              – Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi
d. Pencegahan:
Berikan antihistamin sebelum dan selama pemberian tranfusi
5. Kelebihan sirkulasi
a. Penyebab:
Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu cepat
b. Gejala:
Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat, nadi, tekanan darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena jugularis meningkat
c. Intervensi:
              – Tinggikan kepala klien
              – Monitor vital sign

             –  Perlambat atau hentikan aliran tranfusi sesuai program

             – Berikan morfin, diuretik, dan oksigen sesuai program
d. Pencegahan:
Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi klien, berikan komponen SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan minimalkan pemberian normal saline yang dipergunakan untuk menjaga kepatenan IV
6. Hemolitik
a. Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor, resipien menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam system ABO
b. Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun, dyspnea, mual dan muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok, ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel telah diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari ataulebih setelah tranfusi.
c. Intervensi:
                – Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok
                – Hentikan tranfusi

                -Lanjutkan infus normal saline

                – Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria
                – Ambil sample darah dan urine
                – Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan darah untuk anemia yang berlanjut
d. Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan golongannya dan saat darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering karena salah mengidentifikasi).
7. Demam Non-Hemolitik
a. Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit yang ditranfusikan.
b. Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise, sakit kepala
c. Intervensi:
              – Hentikan tranfusi
              – Lanjutkan pemberian normal saline
              – Berikan antipiretik sesuai program

 – Pantau suhu tiap 4 jam
d. Pencegahan:
Gunakan darah yang mengandung sedikit leukosit (sudah difiltrasi)
8. Hiperkalemia
a. Penyebab:
Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam plasma sel
b. Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan QRS melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal
9. Hipokalemia
a. Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi dapat dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik
b. Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi, poliuria, kelemahan otot, bising usus menurun
10. Hipotermia
a. Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin diberikan melalui kateter vena sentral.
b. Gejala:
Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest
c. Intervensi:
             – Hentikan tranfusi
             – Hangatkan pasien dengan selimut

             – Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien
             – Hangatkan darah sebelum ditranfusikan

             – Periksa EKG

                  – PERSIAPAN PERALATAN

c)    Set pemberian darah

  1. Kateter besar (18G atau 19G)
  2. Cairan IV salin normal (Nacl0.9%)
  3. Set infuse darah dengan filter
  4. Produk darah yang tepat
  5. Sarung tangan sekali pakai
  6. Kapas alcohol
  7.  Plester
  8. Manset tekanan darah
  9. Stetoskop
  10. 10.  Thermometer
  11. 11.  Format persetujuan pemberiantransfusi yang ditandatangani
  1. D.    Prosedur transfusi

1)      Jelaskan prosedur kepada klien.kaji pernah tidaknyaklien menerima transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul

2)      Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil,sakit kepala,gatal-gatal atau ruam dengan segera

3)      Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan

4)       Cuci tangan dan kenakan sarung tangan

5)       Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar

6)      Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang

7)       Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse darah selesai

8)       Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah

9)       Identifikasi produk darah danklien dengan benar

10)  Ukur tanda fital dasar klien

11)   Berikan dahulu larutan salin normal

12)   Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali dengan pengisian filter didalam selang

13)  Atur kecepatan sampai2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.

14)  Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,selanjutnya ukur setiap jam dengan kebijakan lembaga.

15)  Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa infuse.

16)  Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.

17)  Observasi timbulnyareaksi yang merugikan secara berkelanjutan, catat pemberian darah atau produk darah.

18)  Setelah pemberian infuse selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke bank darah.

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

  1. a.      Pengkajian
  2. Tanda vital dasar : status sirkulasi dan pernapasan
  3. Status kulit (mis ruam)
  4. Program dokter mengenai jenis, jumlah, dan kecepatan pemberian darah
  5. Ukuran kateter IV atau kebutuhan untuk insersi kateter
  6. Nilai laboratorium, seperti hitung darah lengkap, golongan darah dan pencocokan darah (cross-match)
  7. Riwayat tranfusi darah dan reaksi (jenis reaksi, penanganan, dan respon klien terhadap penanganan) jika ada.
  8. Penolakan agama atau penolakan pribadi lain atas keputusan bahwa klien harus menerima darah
  9. Kompatibilitas klien terhadap darah ( mencocokkan nomor lembar darah dengan tanda pengenal berupa nama klien)
  1. b.      Diagnosis keperawataan
    1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan (terkait dengan rendahnya hemoglobin dan hematocrik )
    2. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pendarahan
    3. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan hemoglobin
    4. Resiko cidera yang berhubngan dengan transfuse
    5. Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan prosedur dan tanda serta gejala yang harus dilaporkan

 

  1. c.       Implementasi

Tindakan

Rasional

  1. Cuci tangan dan atur peralatan

Mengurangi transfer mikroorganisme : meningkatkan efisiensi

  1. Jelaskan prosedur kepada klien , terutama kebutuhan untuk sering memeriksa tanda vital

Membantu mengurangi ansietas

  1. Siapkan slang transfuse darah

Mempersiapkan infuses salin sebelum dan sesudah transfuse

  1. Memasukan kateter IV jika belum terpasang:

Menurunkan hemolysis : menurunkan aliran darah yang bebas

  1. Pasang sarung tangan jika belum dipasang dan lepaskan balutan secukupnya untuk memanjangkan penghubung kateter

Mengurangi resiko transfer infeksi , menungkinkan akses untuk sambungan selang darah

  1. Lepaskan selang infus dari penghubung selang dan hubungan selang darah ke penghubung kateter , buang / letakkan tutup jarum diatas ujung selang infus sebelumnya

Menghubungkan selang secara langsung ke kateter , memelihara selang infus sebelumnya untuk digunakan kembali kemudian

  1. Buka regulator / klem geser salin secara penuh dan atur kecepatan infus akan mempertahankan vena tetap terbuka (15-30 ml/jam) sampai darah tersedia

Mempertahankan kepatenan kateter

  1. Ambil darah dan lakukan pemeriksaan

Memverifikasi bahwa nama klien, golongan darah ABO tipe Rh , dan nomor unit darah dan pada data computer sesuai

  1. Isi lembar bank darah dengan tanggal dan jam permulaan infuse dan pemeriksaan informasi yang dilakukan perawat

Memberikan catatan legal tentang verifikasi darah

  1. Periksa dan catat denyut nadi , pernafasan , tekanan darah , dan suhu tubuh

Memberikan data tanda vital dasar sebelum transfuse

  1. Lepaskan tutup disisi slang darah untuk memperlihatkan slang penusuk dan masukkan penusuk ke port kantong darah

Mengakses darah untuk diberikan melalui transfuse

  1. Tutup regulator / klem geser pada sisi slang salin normal dan buka regulator darah / klem geser pada sisi slang darah

Mencegah salin agar tidak masuk kekantong darah dan memungkinkan slang darah terisi dengan darah

  1. Periksa tanda vital dan suhu sekali lagi setelah 15 menit dari awal transfuse, kemudian setiap setengah jam atau setiap jam sampai transfuse selesai, periksa kelengkapan pemberian setiap unit darah

Memungkinkan deteksi reaksi transfuse secara tepat dan cepat

  1. Saat transfuse selesai, tutup klem regulator/klem geser darah, buka regulator/klem geser salin dan mulai infusikan larutan salin. Lepaskan kantong darah yang telah kosong dan tutup kembali slang penusuk darah

Membersihkan slang darah untuk menginfusikan cairan darah, mempertahankan sterilitas untuk transfuse selanjutnya.

  1. Isi waktu selesainya pemberian darah pada lembar bank darah, dan letakkan fotokopian lembar bank darah dengan kantong kosong atau letakkan fotokopian lembar bank darah pada catatan. (jika tidak ada lagi darah yang akan diberikan, gantikan slang infus darah dengan slang IV atau dengan tutup infus)

Mematuhi peraturan lembaga untuk menginformasikan pemberian darah

  1. Selama dan setelah transfuse, pantau tanda-tanda reaksi transfuse secara ketat pada klien. Periksa tanda vital setiap 4jam selama 24jam atau sesuai kebijakan institusi

Memungkinkan deteksi yang tepat dan intervensi dini apabila terjadi masalah

  1. Posisikan secara tepat dan tinggikan pagar tempat tidur jika diindikasikan

Meningkatkan kenyamanan dan keamanan klien

  1.  Rapihkan peralatan, lepaskan sarungtangan dan cuci tangan

Mencegah transfer mikroorganisme

  1. EVALUASI

    1. TV dipertahankan dalam parameter yang ada untuk mempertahankan perfusi sistemik.
    2. Mencegah infeksi nosokomial.
    3. Mencegah respon toksik pada antikoagulan.
    4. Suhu tubuh tetap dalam batas normal.
    5. Transfusi akan terjadi tanpa komplikasi.
    6. Menyatakan pengetahuan tentang taransfusi autolog dan hemolog serta risiko yang berhubungan.

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.( A. Harryanto Reksodiputro,1994). Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien).

Tujuan transfuse darah :

  1. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
  2. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat.
  3. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
  4. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
  5. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
  6. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
  7. Tindakan terapi kasus tertentu.
  1. Saran

Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai penulis menyadari bahwa banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sekalian, agar dalam pembuatan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Price,Sylvia A. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

Smith-Temple, jean, dkk.(2010). Buku saku prosedur klinis keperawatan edisi 5. Jakarta: EGC.

Weinstein,Sharon M. (2001). Buku saku terapi intravena edisi 2. Jakarta: EGC.

http://dianwiris.blogspot.com/2012/12/infus-dan-transfusi-darah.html

http://mkeperawatan.blogspot.com/2011/06/transfusi-darah.html

http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/10/abocath.html